Demokrat Jatim Tertolong Soekarwo

Kategori: partai



SURABAYA - Pemilu Legislatif (Pileg) yang tinggal 29 hari lagi, membuat suhu politik di Jawa Timur mulai memanas. Tak hanya soal temuan 92.119 pelanggaran kampanye partai politik (parpol) di Jatim, tapi juga terkait rebutan suara. Indikasi ini terlihat dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang menyebut suara Partai Demokrat bakal lari ke PDIP dan Partai Golkar. Elektabilitas Demokrat yang tinggal 10,4% secara nasional, diyakini berdampak di Jatim. Meski Partai Demokrat dipimpin Soekarwo yang juga Gubernur Jawa Timur, belum tentu bisa menang di Jatim. Sementara PDIP dan Golkar diprediksi bakal habis-habisan bertarung, guna mendulang suara dari jebloknya Demokrat. Berdasar survei SMRC yang diekspose Minggu (9/3/2024) kemarin, PDIP, Partai Golkar dan Partai Demokrat merupakan peserta pemilu yang memiliki kekuatan paling ketat, menjelang pemilu yang segera digelar pada 9 April 2014. Dalam survei SMRC dengan melakukan simulasi surat suara, PDIP menempati urutan teratas partai yang akan dipilih masyarakat jika pemilu diadakan pada saat ini. Partai pimpinan Megawati itu memperoleh 16,4%, disusul Golkar dengan 15,0% suara. Selanjutnya Demokrat (10,4%), Gerindra (8,6%), PKB (7,7%), PPP (5,5%), PAN (4,8%), PKS (4,5%), Hanura (4,1%), Nasdem (3,8%), PBB (1,2%) dan PKPI (0,3%). Survei tersebut mengambil 1.520 responden dari 66 Dapil di Indonesia. Survei itu sendiri menggunakan metode multy stage random sampling dengan margin error 2,5%. Meski ketiga partai menjadi tiga partai teratas saat ini, diprediksi takkan ada partai yang bisa mendominasi mendapatkan suara. Menanggapi survei itu, Gatot Sudjito, Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur mengaku merasakan dampak tersebut di bawah. “Beberapa tokoh yang dulunya tidak mendukung Partai Golkar, sekarang mendukung. Ini saya rasakan di daerah,” kata Gatot. Menurutnya, peralihan dukungan tersebut berasal dari berbagai hal. Selain limpahan dari partai lain, juga karena persepsi masyarakat di pedesaan yang merasakan nyaman serta harga sandang pangan murah saat Partai Golkar menjadi pemenang Pemilu. “Kerinduan itu yang kini dirasakan masyarakat, dan mungkin saja sekarang banyak yang beralih ke Golkar,” ujarnya serius. Pada Pemilu 2009 lalu, Partai Golkar di Jatim hanya meraup 11% suara di Jawa timur. Jumlah tersebut turun dari Pemilu 2004 yang mampu meraih 15% suara. Disinggung soal target Partai Golkar di Pemilu 2014 ini, Gatot mengaku partainya memasang angka maksimal 30%. “Targetnya menang di Jawa Timur,” singkatnya. Sementara itu, PDI Perjuangan juga mengakui suasana yang berbeda di masyarakat terkait Pemilu 2014 ini. Sejauh ini, banyak yang kecewa dengan kepemimpinan negeri ini yang di situ melekat simbol Partai Demokrat. “Masyarakat yang butuh perubahan banyak sekali,” kata Kusnadi, Sekrtetaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Partainya, lanjut Kusnadi, memasang target 27,2 persen dalam Pemilu 2014 ini. Target itu sudah diputuskan oleh DPP pada Rapimnas beberapa waktu lalu di Jakarta. Pada tahun 2009 lalu, PDI Perjuangan meraih 17 kursi DPRD Jatim atau sekitar 16% perolehan suara di Jawa Timur. “Target PDIP nanti adalah pemenang pemilu, Alhamdulillah sejumlah survey yang dilakukan eksternal maupun internal hasilnya positif. Kita tidak lekas bangga pada hasil survey, tapi tetap bekerja keras,” tandasnya. Sebelumnya, Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo juga mengaku tidak akan main-main untuk memenangkan partainya di Jawa Timur pada pemilu 2014 nanti. Soekarwo yang juga Gubernur Jawa Timur Soekarwo bahkan sudah ijin cuti ke Mendagri untuk rutin kampanye mulai tanggal 16 Maret setiap hari Sabtu dan Minggu. “Saya akan melaksanakan kepentingan subyektif saat ini, untuk memenangkan Partai Demokrat. Ya harus all out,” ungkapnya. Pakde Karwo yang juga menjabat sebagai Wakil ketua Umum DPP Partai Demokrat ini juga akan menjadi juru kampanye bersama ketua umum DPP PD Susilo Bambang Yudhoyono. “Saya akan menjadi jurkam kampanye karena setiap minggu diberi waktu 2 hari untuk ijin dan itu bisa digunakan untuk kampanye," ujar Soekarwo. Sebelum menjadi Jurkam, lanjut Pakde Karwo dirinya sudah minta ijin ke Mendagri. Dan dalam waktu dekat pihaknya juga akan ketemu dengan ketua-ketua Parpol di Jatim sekaligus untuk pamitan atau omong-omongan. "Local wisdom saling komunikasi itu penting untuk menjada politik di Jatim kondusif," ujarnya. Di tegaskan Pakde Karwo, kalau situasinya sudah seperti ini, subyektif itu juga penting dan pada saat tertentu obyektif itu kumpulan dari subyektivitas. "Kalau sudah urusan parpol tentu harus subyektif tapi yang penting harus ada komunikasi," kata Soekarwo yang tidak membantah jika prediksi suara Demokrat saat ini sedang turun. Disinggung berapa target perolehan suara Demokrat di Jatim, Gubernur Jatim dua periode ini mengaku masih pada target awal, yakni minimal meraih 20% kursi. “Soal target tidak muluk-muluk, paling tidak bisa sama dengan pemilu kemarin (2009, red),” kata Soekarwo optimis. Ia meyakini di Jawa Timur ini, bila dirinya turun langsung, akan berdampak pada elektabilitas suara Partai Demokrat. Sementara itu, Pengamat Komunikasi Politik Suko Widodo mengakui bahwa pemilu di Jawa Timur belum tentu bisa disamakan dengan perolehan suara Nasional. Meski sejumlah hasil survey menyebut Demokrat merosot tajam, tapi hal itu belum tentu terjadi di Jawa timur. “Di Jatim ini masih ada yang namanya Pakde Karwo effect, itu sedikit banyak berpengaruh terhadap pemilih di Jatim,” kata Suko yang juga dosen Unair Surabaya ini. Pakde Karwo effect, kata Suko, itu berasal dari para pemilih Pakde Karwo dalam pilgub Jatim 2013 lalu. Dimana, berdasarkan pengamatannya selama ini pemilih Pakde Karwo itu bisa disebut sangat loyal. Bahkan tidak hanya kalangan nasionalis saja, tapi juga kalangan Nahdliyin. “Jadi khusus di Jatim, bukan Pakde Karwo yang nempel ke Partai Demokrat, tapi Partai Demokrat ini yang nempel ke Pakde Karwo. Kalau Pakde Karwo turun sendiri untuk kampanye Partai Demokrat, bisa jadi masyarakat pemilih Pakde Karwo ini juga memilih Partai Demokrat,” prediksi Suko. Suara Demokrat Lari Atas hasil survei yang dilakukannya, Direktur Penelitian SMRC Djayadi Hanan mengungkapkan suara Partai Demokrat yang merosot tajam dibanding Pemilu 2009, ternyata masuk ke kantong PDIP dan Golkar. "Pemilik suara yang tidak suka dengan Demokrat, lebih memilih ke PDIP atau Golkar. Suaranya tidak lari ke partai lain," ungkap Djayadi Hanan kepada pers di hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Minggu (9/3) kemarin. Menurut Djayadi, kebanyakan suara Demokrat yang berpindah ke PDIP dan Golkar berasal dari kalangan pendidikan kelas bawah. Memang 60% lebih suara PD berasal dari masyarakat dengan tingkat pendidikan tak lebih dari SMP. Meski begitu, takkan ada partai yang bisa mendominasi mendapatkan suara pada Pemilu 2014. "Tidak ada yang memperoleh 25 persen suara untuk mengajukan capres sendiri," tandasnya. Menurut Jayadi, kampanye langsung yang segera digelar akan menentukan pemenang pemilu 2014. Namun, strategi kampanye dengan langsung bertatap muka diprediksi pihaknya, akan menjadi mesin pendongrak meraih suara partai paling baik. Dari survei SMRC ini persaingan partai dalam pemilu ke dalam 3 lapisan. "Lapisan pertama, persaingan ketat antara PDIP dan Golkar dengan perbedaan dalam margin of error 2,6%," jelas Djayadi. Pada lapisan kedua, lanjutnya, persaingan akan terjadi antara Demokrat, Gerindra dan PKB. Sedangkan pada lapisan ketiga persaingan melibatkan PPP, PAN, PKS, Hanura serta Nasdem.

SUMBER (Surabaya Pagi)

Berita Terkait




Komentar :




Isi Komentar :




Berita Terbaru

  • Navigasi Menu

  • Tentang Kami

    berita pemilu.com adalah sebuah referensi informasi pemilu dan pemilukada di seluruh indonesia. berita pemilu dan pemilukada yang kami publish ke situs kami bersumber dari wartawan, korespoden kami di daerah,dan karena keterbatasan kami menjangkau seluruh wilayah di indonesia maka kami mengambil sumber berita dari kutipanportal berita nasional dan lokal.
  • Twitter