Selasa, 17 April 2024 - 12:57:54 WIBHusni Manik Terpilih sebagai Ketua Baru KPUDiposting oleh : Administrator
Kategori: pemilu
- Dibaca: 57 kali
Dua kali menjadi
anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumbar, Husni Kamil Manik tak mampu
menembus level ketua. Kemudian ikut seleksi KPU pusat, terpilih menjadi
komisioner melalui serangkaian tes. Lalu, terpilih jadi ketua KPU pusat
melalui musyawarah dan mufakat. Sebuah mekanisme yang menjadi ruh dan
inti demokrasi.
Seorang sahabat Husni, Hary Efendi
Iskandar menyebutkan, semua ini menujukkan kelas Husni memang untuk
posisi strategis di pusat bukan di daerah. ”Bayangkan dua kali menjadi
KPU daerah, tak bisa menembus ketua. Kini, masuk pusat langsung jadi
ketua. Dipilih melalui musyawarah mufakat lagi,” ujar dosen Universitas
Andalas (Unand) ini sambil bergurau.
Hary sudah mengenal Husni sejak
1994. Mereka sama-sama menjadi aktivis mahasiswa. Tahun 1999, Husni
menjadi Presiden Mahasiswa Unand dan Hary menjadi sekretaris
jenderalnya. Dalam pandangan Hary, Husni seorang figur yang mampu
mengelola organisasi dengan baik, berpikiran rasional dan
mendistribusikan staf sesuai kapasitasnya.
“Dia mampu menggalang semua potensi
untuk mencapai tujuan bersama sebuah organisasi. Semua orang diberi
peran sesuai kemampuannya,” ujar Hary.
Pjs Sekretaris PWNU Sumbar ini juga
menyebutkan, Husni bukan seorang yang group minded. Orang di luar
grupnya pun tetap dirangkul dan dilibatkan. Tak ada halangan dia bergaul
dan bekerja sama dengan siapa pun. “Dia mudah bergaul, berkomunikasi
dan bekerja sama dengan siapa saja,” ujarnya.
Hary menyebutkan, Husni piawai dalam
menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memajukan organisasi.
Menurutnya, hal ini akan sangat membantu dalam memperkuat KPU pusat yang
kepemimpinannya bersifat kolektif kolegial.
Kehadiran Husni di pentas nasional,
kata Hary, juga memberi pesan bahwa orang daerah potensial dan
“bertaring” di pentas nasional. “Jakarta itu bukan sesuatu yang
menakutkan. Orang daerah mampu bersaing di sana. Husni sudah
membuktikannya. Ini harus menjadi pelecut bagi kita semua,” ujarnya.
Namun, Hary mengingatkan, posisi
ketua KPU pusat sebagai peluang sekaligus tantangan. Karena itu, dia
meminta Husni tetap mawas diri. “Selama ini para aktivis reformasi 1998
sudah banyak yang tengkurap, karena dilanda berbagai persoalan. Dia
(Husni, red) merupakan sisa-sisa aktivis reformasi yang masih memiliki
integritas dan komitmen terhadap agenda reformasi. Ini harus kita jaga
bersama,” ujarnya.
Mantan anggota KPU Pasaman,
Aguswanto mengungkapkan hal tak jauh berbeda. Menurutnya, Husni seorang
yang visioner. Dia mampu membuat sesuatu yang bagi orang lain tidak
mungkin, tetapi di tangannya bisa berhasil.
Dia juga mampu mengelola dan
mengoptimalkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Mampu
mengakomodir kepentingan semua pihak untuk dikelola dalam mencapai
tujuan bersama.
“Karakternya ibarat seorang ninik
mamak yang berjiwa demokratis dalam masyarakat Minang. Pola kepemimpinan
Minangkabau itu dia terapkan, bukan sekadar ucapan. Karena itu, saya
berani mengatakan dia memang lebih Minang dari orang Minang,” ujarnya.
Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar
Sumbar ini menambahkan, Husni tak pernah menampilkan sikap berlawanan
dengan orang lain meski yang di hadapannya itu benar-benar lawannya.
Jika dia tidak setuju sesuatu, dia memilih diam tak mau bersikap
frontal. “Sangat tenang menghadapi berbagai persoalan. Ini yang saya
sebut karakter kepemimpinan Minang,” ujarnya.
Al Imran, Redaktur Pelaksana
Posmetro Padang yang juga cukup intens berhubungan dengan Husni punya
pandangan lain. Menurutnya Husni, seorang yang tahu apa maunya wartawan.
Dalam artian, dia memahami dan mengerti hal-hal yang unik, menarik dan
disukai media untuk sebuah pemberitaan. Karena itu, tak jarang ide-ide
pemberitaan justru muncul dari Husni yang sehari-hari menjabat sebagai
Koordinator Divisi Sosialisasi di KPU Sumbar.
“Misalnya, dia bicara soal nasib
pemilih di penjara. Ini hal-hal yang unik dan menarik bagi jurnalis.
Karena itu, walau dia tinggal di tenda sederhana pascagempa, tetap ramai
dikunjungi para wartawan,” ujarnya.
Husni juga dikenal dekat dan disukai
para staf di internal KPU Sumbar. Kalau memarahi staf, dia tak langsung
ke orangnya, tetapi melalui mekanisme dan struktur yang ada. “Kalau ada
yang dia tak setuju dengan perilaku staf, dia ngomongnya ke pak
sekretaris, tidak langsung ke staf yang bersangkutan,” ujar salah
seorang staf yang enggan disebut namanya.
Tak hanya dengan staf, Husni juga
dekat dengan orang di lingkungan kantornya. Salah satunya pemilik kedai
di depan kantor KPU Sumbar, Anton Islami. Da An—panggilan akrab
Anton—gembira atas terpilihnya Husni sebagai ketua pusat. Dalam
pandangannya, Husni termasuk pejabat yang menghargai semua orang.
“Waktu awak datang kamari, dia
langsung salam dan nanyo, baa kaba Da An? (Waktu saya ke sini, langsung
ditanya, gimana kabarnya?” ujarnya menirukan kata-kata Husni saat
bertemu di acara syukuran di rumah Husni di Kompleks Permata Surau
Gadang.
Dari sosok yang tidak begitu popular
di antara anggota KPU lain, Husni terpilih secara musyawarah mufakat
berdasar pilihan lima komisioner yang lain. Tidak banyak yang
disampaikan Husni setelah terpilih menjadi ketua KPU. Dengan pengalaman
hampir dua periode menjadi anggota KPU Sumbar, Husni menyadari bahwa
tugas ketua tidak lebih tinggi daripada komisioner KPU. “Ketua KPU kan
hanya mengoordinasi rapat. Posisi kami ini kolektif kolegial,” ujar pria
kelahiran Medan, 18 Juli 1975, itu.
Jika tolok ukurnya adalah latar
belakang, Husni bersama empat komisioner yang lain: Arief, Ida Budhiati,
Juri Ardiantoro, dan Ferry Kurnia Rizkiyansyah, sama-sama pernah
menjabat anggota KPU provinsi. Sosok Ida bersama Ferry justru memiliki
pengalaman lebih karena pernah menjabat ketua KPU provinsi.
Namun, pengalaman yang dimiliki
Husni adalah nilai plus. Salah satu nilai tambah bagi Husni adalah
keterlibatannya dalam melaksanakan pilkada serentak di Sumbar. “Di
pilkada serentak itu kami berhasil meminimalisasi konflik,” ujarnya.
Pada 2010, KPU Sumbar menggelar pemilihan gubernur (pilgub) bersamaan
dengan pilkada di 13 kabupaten/kota. Pilkada serentak itu merupakan
prestasi kedua KPU Sumbar setelah mampu melaksanakannya pada 2005.
Meski dinilai memiliki peran
signifikan di KPU Sumbar, sosok Husni juga tak terlepas dari dugaan
nepotisme. Itu terkait posisi sang istri, Endang Mulyani, yang merupakan
anggota KPU Padang. Posisi Husni dan Endang itu pernah disinggung saat
uji kelayakan dan kepatutan di Komisi II DPR.
Saat itu anggota DPR meragukan
independensi Husni terkait posisi istrinya. Ketika menjawab tudingan
itu, Husni membenarkan bahwa Endang merupakan anggota KPU Padang. Husni
dan Endang memang sama-sama dilantik sebagai anggota KPU pada 2003.
Sebelumnya, mereka tidak saling mengenal. “Saya baru kenal istri saya
tiga bulan sebelum menikah,” ujar Husni.
Pernikahan Husni dan Endang
berlangsung pada Juli 2004. Sebelum menikah, Husni mengaku melapor
kepada ketua KPU Sumbar saat itu untuk meminta mundur dari jabatannya.
Namun, permintaan itu ditolak dengan jawaban bahwa Husni tidak perlu
mundur. “Pada periode kedua, saya minta tidak ikut lagi, namun didorong
untuk ikut lagi,” ujar mantan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
2002 itu.
Endang kemudian mengundurkan diri
sebagai anggota KPU pada Januari 2012. “Setelah itu, dia (Endang) tidak
mengantor lagi hingga sekarang,” tutur ayah tiga anak itu. (*/jpnn)
0 Komentar :
Isi Komentar :