Minggu, 08 April 2024 - 12:17:48 WIB
survey ORI akankah terbukti nantinya Zaini-Muzakir Menang ? Diposting oleh : Administrator Kategori: plkd-bali - Dibaca: 170 kali APA yang paling "mengejutkan" di pilkada Aceh kali ini, kaitannya dengan prediksi kemenangan kandidat gubernur Aceh? Jelas, prediksi Zaini - Muzakir (ZIKIR) meunang. Tentu saja prediksi itu bukan karena kehadiran Fadel Muhammad di podium kampanye Partai Aceh, 2 April 2012. Kesediaan tokoh nasional yang pernah menjadi gubernur, menteri dan juga salah satu petinggi Golkar itu tidak jauh berbeda dengan bergabungnya tokoh-tokoh nasional lainnya ke dalam kerja pemenangan kandidat Partai Aceh. Dan, sepertinya juga bukan karena keyakinan Fadel bahwa pasangan Zaini - Muzakir menang satu putaran. ZIKIR meunang adalah hasil survey Occidental Research Institute (ORI) yang dirilis 4 April 2012. Jadi, kehadiran Ir. H. Fadel Muhammad Al-Haddar, meski sedikit menghentak elit politik di Aceh tetap belum bisa menjadi kejutan yang dapat memicu lebih cepat jantung kandidat, tim sukses, dan pendukung. Sebab, jauh sebelumnya sudah ada partai nasional dan tokoh nasional yang memberi dukungan kepada pasangan yang diusung oleh Partai Aceh. Jadi, dukungan Fadel, yang katanya mendapat restu dari Ketua Umum Golkar bukan menjadi penyebab kandidat dari Partai Aceh berada di atas angin. Jadi, belum bisa disebut sebagai kejutan politik sebagaimana hasil survey ORI. Soalnya, survey ORI sudah dilakukan sebelum Fadel Muhammad datang ke Aceh. Memang, harus diakui keberadaan orang dekat ARB, panggilan akrab Aburizal Bakrie di ring 1 Partai Aceh sedikit membawa persepsi baik bagi Partai Aceh. Publik yang cinta damai dan sedang mementingkan stabilitas politik Aceh akan semakin percaya bahwa Partai Aceh sudah bersih dari agenda perlawanan. Partai Aceh juga bisa dianggap semakin mampuni dalam membangun relasi politik dengan pusat. Bagaimanapun keberadaan orang-orang penting di nasional masih sangat diperlukan dalam rangka menyelesaikan agenda politik Aceh di pusat yang belum sempat atau bisa diselesaikan pada waktu sebelumnya. Mengapa hasil survey ORI mengejutkan? Pertama, persepsi elit yang ahli dalam membangun persepsi sama sekali berbeda dengan hasil survey ORI. Coba saja duduk dan dengarkan apa yang diperbincangkan di warung kopi khususnya di Banda Aceh, atau perbincangan di kalangan mereka yang tersentuh media sosial pasti sangat berbeda dengan hasil yang disampaikan oleh ORI. Jadi, kandidat yang dipersepsikan menang berbeda dengan kandidat yang di survey bakal menang. Kedua, hasil survey ORI sebelumnya justru mempublikasi bahwa kandidat lainlah yang menang. Bahkan, dalam survey berikutnya kandidat lain juga disebut masih memimpin kemenangan. Namun, begitu ditelusuri periode surveynya baru dimaklumi. Dulu, ternyata belum termasuk kandidat gubernur dari Partai Aceh ke dalam survey. Jadi, bisa dimaklumi. Apa yang bisa dibaca secara politik? Ternyata, publik Aceh sangat dinamis. Di pilkada dengan waktu terpanjang akibat jadwal yang berubah-rubah seperti memberi kesempatan kepada pemilih untuk lebih mendalami semua calon dan sekaligus memperbaiki faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan pemilihan kandidat, khususnya kandidat gubernur Aceh. Barangkali, faktor sudah banyak terkurasnya dana beberapa kandidat gubernur yang sudah berkerja dari awal membuat sebahagian masyarakat berpikir bahwa gubernur ke depan akan "rawan" terjebak dalam praktek KKN. Mengaju pada kajian, analisis, dan temuan berbagai lembaga anti korupsi memang politik biaya tinggi menjadi penyebab banyaknya kepala daerah yang terkena dakwaan tindak pidana korupsi. Mungkin, ini menjadi salah satu sebab mengapa memilih kandidat yang mendaftar terakhir, yakni ZIKIR. Otomatis ZIKIR menjadi kandidat yang paling minim mengeluarkan biaya politik di Pilkada Aceh. Tapi, belum tentu juga itu pertimbangannya. Pertimbangan lain, bisa jadi karena masyarakat tidak ingin lagi terjebak dalam iklim badai politik Aceh yang keras, panas, dan lama. Hawa panas zaman konflik masih belum berlalu meski sudah damai. Jadi, tidak mau lagi terkena hawa tak sedap dari konflik. Aceh yang masih sangat tergantung pada ekonomi berbasis APBA bisa jadi pertimbangan juga mengapa akan memilih calon gubernur yang paling minim menimbulkan konflik politik di masa pembangunan. Jadi, meski calon yang dinilai ada kelemahan di sana sini akan tetap menjadi pilihan karena kebutuhan akan stabilitas politik di masa pembangunan. Kembali ke hasil survey ORI. Bagaimana ceritanya ZIKIR bisa mengalahkan kandidat lain padahal sebelumnya justru bukan ZIKIR yang menang? Mengaju pada hasil survey yang pernah ada maka sebenarnya tidak ada juga yang mengejutkan dari hasil survey ORI yang menempatkan ZIKIR sebagai pemenang. Artinya, kemenangan kandidat lain disebabkan karena survey belum memasukkan nama pasangan ZIKIR. Analisis Taufik Abdullah, Kepala Laboratorium Ilmu Politik Fisip Unimal Lhokseumawe yang hadir sebagai pembanding pada pengumuman hasil survei ORI saat itu juga menyatakan bahwa posisi teratas M Nazar diuntungkan oleh adanya konflik antara Partai Aceh dengan Gubernur Aceh saat itu. Artinya, sangat mungkin dimasa itu masyarakat yang pro Partai Aceh yang belum mencalonkan kandidatnya ikut menyumbang suara bagi Muhammad Nazar, bukan kepada lainnya. Bisa jadi Muhammad Nazar dipandang sebagai sosok yang bisa mengakhiri ketegangan politik jika tokoh Partai SIRA ini memimpin Aceh, saat itu tapi, sebelum Partai Aceh ikut mencalonkan pasangannya. Lebih jauh lagi, mengacu pada hasil survey yang dipublikasi oleh Partai Nasional di awal musim pilkada, juga menunjukkan bahwa kandidat terbanyak hanya menang dengan angka 32 persen. Pemilih mengambang justru sangat besar, yakni 50 persen. Jadi, saat itu, lebih banyak yang belum menentukan sikap karena belum ada calon pasti. Apa yang bisa dipetik dari hasil survey terkini ORI? Pertama, dinamika politik Aceh sudah semakin condong ke calon pilihan masing-masing yang menurut ORI lebih banyak ke ZIKIR. Ini artinya, jika Partai Aceh mau membuktikan kenyataan hasil survey ORI maka mesin pemenangan yang dimiliki Partai Aceh dan kandidat harus berkerja lebih giat lagi, minimal untuk merawat calon pemilih yang sudah menyatakan dukungannya. Jika tidak maka kandidat lain bisa saja "mencuri" perhatian mereka yang sudah meniatkan untuk memilih ZIKIR. Sebaliknya, kandidat lain juga harus berkerja ekstra guna meraih suara absen 16 persen, termasuk "merebut" suara dikubu lawan. Caranya? Bisa dipikirkan. Pastinya, cara membangun citra sebagai kandidat cinta damai dan bukan sebagai pelaku kekerasan tidak cukup berpengaruh. Mengapa? Masyarakat sepertinya sangat yakin bahwa hanya Partai Aceh yang bisa menentukan Aceh damai atau kembali bergolak. Mungkin masyarakat mengacu pada masa Aceh sebelumnya. Ketika GAM bersedia berdamai maka konflik Aceh pun berakhir. Meski ada suara-suara berbeda dengan GAM tetap saja tidak mampu menarik kembali Aceh ke jalan konflik yang keras. Masyarakat bisa jadi juga sudah punya pandangan politik bahwa mereka yang mencoba melawan bukan dengan organisasi yang terstruktur juga tidak cukup ampuh, tajam, dan berpengaruh. Apa ide kreatif yang laku di politik Aceh? Layak untuk direnungkan dengan cepat karena pilkada hanya beberapa saat lagi. Survey ini juga menunjukkan bahwa strategi Partai Aceh yang merangkul berbagai pihak mendapat simpati dari masyarakat khususnya yang dulu masih sebagai pemilih mengambang. Jadi, Partai Aceh mesti melebarkan terus sayap dukunganya. Soal kemana lagi sayap politik harus dibangun untuk kepentingan Aceh, juga layak dipikirkan sesegera mungkin. Suara 16 persen yang masih absen bisa jadi akan ikut tertarik untuk mendukung manakala Partai Aceh melakukan sesuatu yang menarik simpati publik. Jika pun tidak bisa menaikkan lagi ke angka persen yang lebih besar tidak mengala asal angka dukungan yang ada bisa dijaga dan di naikkan sedikit lagi untuk berjaga-jaga adanya manuper politik gaya akrobat dari pihak lawan. Sikap Partai Aceh yang tidak ambil pusing dengan stigma negatif mungkin juga ikut membawa masyarakat untuk berpikir apa benar Partai Aceh menjadi "wayang" dibalik tuduhan yang berkembang selama ini? Mungkin, masyarakat mulai membandingkan dengan sikap politik Partai Aceh yang terus membuka diri dengan berbagai pihak bisa jadi memberi simpulan bahwa stigma atau stereotip miring selama ini adalah bagian dari permainan politik belaka. Kadang, dalam politik, tuduhan bertubi-tubi justru menimbulkan keraguan, dan bisa jadi berbalik curiga. Artinya, sikap politik Partai Aceh yang tegas ke dalam, santun ke luar, hormat ke atas, dan merapat ke bawah serta membuka diri untuk lebih banyak kalangan, termasuk dengan mantan musuh adalah perilaku politik yang disukai masyarakat khususnya di arus bawah. Bisa jadi yang ada dipikiran masyarakat bahwa Aceh yang dibutuhkan bukan pemimpin yang pintar melahirkan program hebat-hebat melainkan pemimpin yang pintar dan bisa menjaga stabilitas politik. Apa artinya program hebat jika tidak ada stabilitas politik. "Hek deh..." kata masyarakat, barangkali. Benarkah survey ORI akan terbukti nantinya? Meski penting bagi kandidat dan tim sukses tetap tidak penting bagi hasil akhirnya. Maknanya, jauh lebih penting agar siapapun yang menang bisa kembali merangkul semua dan memulihkan "luka" politik yang sempat terjadi di musim panas pilkada Aceh. Dan itu wajib dilakukan, termasuk wajib dilakukan jika kandidat dari Partai Aceh jika diizinkan Allah untuk meunang.[]
atcehpos
Isi Komentar : |
|