Pemilu 2014, Parpol Harus Pilih Figur Pro Rakyat

Kategori: pemilu



JAKARTA - Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia, Jeirry Sumampow menilai partai politik kurang memerhatikan figur parpol pro rakyat yang dapat dijadikan acuan memilih oleh para pemilih dalam pemilu 2014 mendatang. Para parpol tersebut cenderung menempatkan figur yang memiliki kemampuan finansial yang sehat sebagai calon tunggal dalam pemilu.

"Saya kira di (Pemilu) 2014 nanti kalau parpol mau belajar mereka harus memilih figur yang disukai pemilih yaitu figur yang pro rakyat. Artinya kalau figur disukai rakyat, partai tidak perlu bekerja keras," kata Jeirry di Maarif Institute Tebet, Jakarta, Senin (24/9/2024).

Jeirry menjelaskan, pilkada DKI Jakarta telah membuktikan bahwa figur pro rakyat terbukti ampuh dalam menjaring suara pemilih. Jokowi dan Ahok, lanjutnya, yang dekat dengan rakyat dan dapat memfasilitasi aspirasi berbagai kelompok masyarakat telah menunjukkan tajinya bahwa parpol yang mengusung figur berkemampuan finansial sehat tidak dapat menjadi jaminan untuk menarik suara pemilih.

Dia menjelaskan, milintansi pemilih lebih berarti daripada uang yang digelontorkan oleh figur parpol untuk memperoleh dukungan dan kemenangan. "Kalau rakyat percaya dengan figur, saya kira mereka dengan sukarela akan memberi dukungan berupa suaranya," katanya.

Menurut Jeirry, hal tersebut harus menjadi pelajaran penting bagi setiap parpol yang akan bertarung dalam pemilu 2014 mendatang. Partai harus memilih figur yang tepat untuk memenangkan pemilu. Sampai sekarang parpol masih terjebak memilih figur berdasarkan kemampuan finansial figur tersebut. Parpol tidak mau rugi dan telah bertindak tidak adil karena tidak memprioritaskan figur terbaik yang terbukti pro rakyat.

Dia menilai, parpol lebih memprioritaskan figur yang dapat memberikan sumbangan finansial untuk partai dan membiayai kampanyenya untuk memperoleh kemenangan, termasuk membayar konsultan politik daripada memerhatikan aspirasi para pemilihnya yang potensial.

"Tidak ada yang sungguh-sungguh melihat figur pro rakyat. Figur itu ada tapi dia masuk dalam prioritas kesekian bukan yang pertama. Mekanisme rekruitmen di partai tidak boleh terlalu mahal atau rumit sehingga figur alternatif yang pro rakyat dapat bermunculan dan menjadi sarana alternatif pemilih untuk memilih," ungkap Jeirry.
 
Sumber : Kompas.com

Berita Terkait




Komentar :




Isi Komentar :




Berita Terbaru