JAKARTA, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menilai ada lima titik rawan dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. ...
» selengkapnya
Kategori: partai
JAKARTA Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo berpendapat ada pihak-pihak yang sedang fokus menyerang untuk mengerdilkan partainya. Kesolidan PDI-P, kata dia, dianggap mengganggu dan mengancam pihak tertentu.
"Secara nasional dan tanpa mengecilkan partai lain, sistem organisasi yang baik itu ada TNI (yang) di luar parpol. (Lalu), PKS solid, maka sedang dihancurkan oleh tangan halus. (Sistem organisasi) PDI-P baik dan sedang dihancurkan juga," kata Tjahjo, Minggu (23/2/2024) malam.
Menurut Tjahjo, PDI-P menjadi salah satu partai paling baik saat ini dalam hal kaderisasi. Partai lain yang memiliki kaderisasi baik, sebut dia, adalah PKS. Namun, kata Tjahjo, PKS sudah lebih dahulu dihancurkan dengan gelombang dugaan korupsi beberapa waktu lalu.
Dalam kaderisasi, kata Tjahjo, PDI-P melakukan seleksi cukup ketat termasuk melewati tahap psikotes. Baru-baru ini, PDI-P hanya menerima sekitar 21.000 kader baru dari jumlah pendaftar yang lebih dari 27.000 orang.
Kesuksesan PDI-P melakukan regenerasi internal, lanjut Tjahjo, membuat soliditas partainya menguat. Partai lain yang merasa terancam sering kali mengambil jalan pintas dengan membajak kader-kader terbaik PDI-P.
"Pembajakan kader terjadi. Harry Sarundajang dicomot, Bibit Waluyo sukses di Jateng dicomot. Ini yang harus diluruskan," ujar Tjahjo memberikan contoh. Sarundajang adalah Gubernur Sulawesi Utara, sementara Bibit merupakan mantan Gubernur Jawa Tengah. Belum lagi, imbuh Tjahjo, masalah yang belakangan menimpa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Tjahjo menduga ada pihak eksternal yang menunggangi dan terus mengipasi isu tersebut untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Padahal, kata Tjahjo, Risma sengaja di-plot PDI-P untuk mengisi jabatan eksekutif, seperti halnya Joko Widodo di DKI Jakarta, dan Ganjar Pranowo di Jawa Tengah.
Seperti diberitakan sebelumnya, PDI-P menyatakan telah menjadi korban praktik intelijen. Beberapa petinggi partai ini disadap dan diintai, tak terkecuali Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo. Tjahjo berkeyakinan semua serangan yang ditujukan ke partainya bertujuan memecah soliditas PDI-P.
Tjahjo pun menyesalkan dan mengkategorikan praktik tersebut sebagai "faktor X" yang akan memengaruhi pelaksanaan dan hasil Pemilu 2014. "Intelijen harusnya jadi mata dan telinga untuk mengamankan republik ini. (Tapi) saya mencermati gelagat bahwa partai-partai yang solid ini dibuat tidak solid (lewat praktik intelijen)," kecam dia.
sumber KOMPAS.com
JAKARTA, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menilai ada lima titik rawan dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. ...
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengkhawatirkan, banyak calon anggota legislatif (caleg) petahana yang berani ...
SURYA Online, SURABAYA - Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso (PBS) menjadikan ketua rukun tetangga dan ketua rukun warga ...
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan surat keputusan (SK) pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPRD dari PKNU, ...
SURABAYA - Mantan ketua KPU Surabaya Eko Sasmito terpilih sebagai Ketua KPU Jatim periode 2014-2019. Eko terpilih, setelah lima ...
JAKARTA - Nama Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso muncul dalam hasil survei yang dirilis Survey dan Polling Indonesia (SPIN). ...
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 masih diwarnai dengan pencalonan presiden dari kalangan jenderal purnawirawan ...
JAKARTA Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo berpendapat ada pihak-pihak yang sedang fokus ...